Untuk kesekian kali orang2 Yahudi yg hidup aman di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali berbuat makar. Mereka menghasut musyrikin Quraisy dan kabilah Arab lain utk menyerang Madinah. tdk hanya itu mereka juga menikam pasukan kaum muslimin dari belakang.
Peristiwa ini terjadi pada bulan Syawal tahun kelima hijriyah menurut pendapat yg paling tepat. Karena sebagian ulama berbeda pendapat tentang waktu terjadi peristiwa besar ini. Ibnu Hazm berpendapat bahwa kejadian ini terjadi pada tahun keempat hijriyah. Sedangkan ulama lain seperti Ibnul Qayyim merajihkan bahwa peristiwa ini terjadi tahun kelima hijriyah.
Di antara sebab peristiwa ini ialah seperti yg diceritakan oleh Ibnul Qayyim . Beliau mengatakan:
Ketika orang2 Yahudi melihat kemenangan kaum musyrikin atas kaum muslimin pada perang Uhud dan mengetahui janji Abu Sufyan utk memerangi muslimin pada tahun depan berangkatlah sejumlah tokoh mereka seperti Sallam bin Abil Huqaiq Sallam bin Misykam Kinanah bin Ar-Rabi’ dan lain-lain ke Makkah menjumpai beberapa tokoh kafir Quraisy utk menghasut mereka agar memerangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan mereka menjamin akan membantu dan mendukung kaum Quraisy dlm rencana itu.
Quraisy pun menyambut hasutan itu.
Setelah itu tokoh-tokoh Yahudi tadi menuju Ghathafan dan beberapa kabilah Arab lain utk menghasut mereka. mk disambutlah hasutan itu oleh mereka yg menerimanya.
Kemudian keluarlah Quraisy yg dipimpin Abu Sufyan dgn 4.000 personil diikuti Bani Salim Bani Asad Bani Fazarah Bani Asyja’ dan Bani Murrah. orang2 Ghathafan juga keluar dipimpin ‘Uyainah bin Hishn. Mereka bertolak menuju Madinah dgn kekuatan 10.000 orang.
Mendengar persiapan mereka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bermusyawarah dgn para shahabat sebagaimana kebiasaan beliau menghadapi berbagai persoalan. dlm musyawarah itu Salman menyarankan agar bertahan di Madinah dan membuat parit perlindungan di sekitarnya. Usulan ini disambut oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat lainnya.
Merekapun mulai bekerja siang malam menggali parit itu. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ikut serta mencangkul mengangkat pasir dan seterusnya. Demikian diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dlm Shahih dari Al-Barra` radhiyallahu ‘anhu:
رَأَيْتُ النَّبيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْخَنْدَقِ وَهُوَ يَنْقُلُ التُّرَابَ حَتَّى وَارَى التُّرَابُ شَعْرَ صَدْرِهِ وَكَانَ رَجُلاً كَثِيْرَ الشَّعْرِ وَهُوَ يَرْتَجِزُ بِرَجَزِ عَبْدِ اللهِ: اللَّهُمَّ لَوْ لاَ أَنْتَ مَا اهْتَدَيْنَا وَلاَ تَصَدَّقْنَا وَلاَ صَلَّيْنَا فَأَنْزِلَنْ سَكِيْنَةً عَلَيْنَا وَثَبَّتِ اْلأَقْدَامَ إِنْ لاَقَيْنَا إِنَّ اْلأَعْدَاءَ قَدْ بَغَوْا عَلَيْنَا إِذَا أَرَادُوا فِتْنَةً أَبَيْنَا يَرْفَعُ بِهَا صَوْتَهُ
“Saya melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada peristiwa Khandaq sedang mengangkut tanah sampai tanah itu menutupi bulu dada beliau. Dan beliau adl laki2 yg lebat bulu dadanya. Ketika itu beliau melantunkan syair Abdullah bin Rawahah sambil menyaringkan suaranya: “Ya Allah kalau bukan krn Engkau niscaya kami tdk mendapat petunjuk Tidak bersedekah dan tdk pula shalat mk turunkanlah ketenangan atas kami Dan kokohkan kaki kami ketika bertemu Sesungguh musuh-musuh telah mendzalimi kami Bila mereka menginginkan fitnah tentu kami menolaknya”
Dalam riwayat Ahmad dan An-Nasa`i dari Abu Sukainah radhiyallahu ‘anhu dari salah seorang shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lain dgn sanad yg jayyid disebutkan:
لَمَّا أَمَرَ النَّبيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحَفْرِ الْخَنْدَقِ عَرَضَتْ لَهُمْ صَخْرَةٌ حَالَتْ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْحَفْرِ فَقَامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَخَذَ الْمِعْوَلَ وَوَضَعَ رِدَاءَهُ نَاحِيَةَ الْخَنْدَقِ وَقَالَ: تَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلاً لاَ مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. فَنَدَرَ ثُلُثُ الْحَجَرِ وَسَلْمَانُ الْفَارِسِيُّ قَائِمٌ يَنْظُرُ فَبَرَقَ مَعَ ضَرْبَةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَرْقَةٌ ثُمَّ ضَرَبَ الثَّانِيَةَ وَقَالَ: تَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلاً لاَ مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. فَنَدَرَ الثُّلُثُ اْلآخَرُ فَبَرَقَتْ بَرْقَةٌ فَرَآهَا سَلْمَانُ ثُمَّ ضَرَبَ الثَّالِثَةَ وَقَالَ: تَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلاً لاَ مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. فَنَدَرَ الثُّلُثُ الْبَاقِي وَخَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ وَجَلَسَ، قَالَ سَلْمَانُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ رَأَيْتُكَ حِيْنَ ضَرَبْتَ مَا تَضْرِبُ َرْبَةً إِلاَّ كَانَتْ مَعَهَا بَرْقَةٌ. قَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا سَلْمَانُ، رَأَيْتَ ذَلِكَ؟ فَقَالَ: إِي، وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: فَإِنِّي حِيْنَ ضَرَبْتُ الضَّرْبَةَ اْلأُولَى رُفِعَتْ لِي مَدَائِنُ كِسْرَى وَمَا حَوْلَهَا وَمَدَائِنُ كَثِيْرَةٌ حَتَّى رَأَيْتُهَا بِعَيْنَيَّ. قَالَ لَهُ مَنْ حَضَرَهُ مِنْ أَصْحَابِهِ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، ادْعُ اللهَ أَنْ يَفْتَحَهَا عَلَيْنَا وَيُغَنِّمَنَا دِيَارَهُمْ وَيُخَرِّبَ بِأَيْدِيْنَا بِلاَدَهُمْ. فَدَعَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَلِكَ. ثُمَّ ضَرَبْتُ الضَّرْبَةَ الثَّانِيَةَ فَرُفِعَتْ لِي مَدَائِنُ قَيْصَرَ وَمَا حَوْلَهَا حَتَّى رَأَيْتُهَا بِعَيْنَيَّ. قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللهِ ادْعُ اللهَ أَنْ يَفْتَحَهَا عَلَيْنَ وَيُغَنِّمَنَا دِيَارَهُمْ وَيُخَرِّبَ بِأَيْدِيْنَا بِلاَدَهُمْ. فَدَعَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَلِكَ. ثُمَّ ضَرَبْتُ الثَّالِثَةَ فَرُفِعَتْ لِي مَدَائِنُ الْحَبَشَةِ وَمَا حَوْلَهَا مِنَ الْقُرَى حَتَّى رَأَيْتُهَا بِعَيْنَيَّ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ ذَلِكَ: دَعُوا الْحَبَشَةَ مَا وَدَعُوْكُمْ، وَاتْرُكُوا التُّرْكَ مَا تَرَكُوْكُمْ
“Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan penggalian khandaq ternyata ada sebongkah batu sangat besar menghalangi penggalian itu. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit mengambil kapak tanah dan meletakkan mantel di ujung parit dan berkata: “Telah sempurnalah kalimat Rabbmu sebagai kalimat yg benar dan adil. Tidak ada yg dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yg Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Terpecahlah sepertiga batu tersebut. Salman Al-Farisi ketika itu sedang berdiri memandang dia melihat kilat yg memancar seiring pukulan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau memukul lagi kedua kali dan membaca: “Telah sempurnalah kalimat Rabbmu sebagai kalimat yg benar dan adil. Tidak ada yg dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yg Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Pecah pula sepertiga batu itu dan Salman melihat lagi kilat yg memancar ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memukul batu tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memukul sekali lagi dan membaca: “Telah sempurnalah kalimat Rabbmu sebagai kalimat yg benar dan adil. Tidak ada yg dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yg Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Dan utk ketiga kali batu itupun pecah berantakan. Kemudian beliau mengambil mantel dan duduk. Salman berkata: “Wahai Rasulullah ketika anda memukul batu itu saya melihat kilat memancar.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya: “Wahai Salman engkau melihatnya?” Kata Salman: “Demi Dzat Yang mengutus anda membawa kebenaran. Betul wahai Rasulullah.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ketika saya memukul itu ditampakkan kepada saya kota-kota Kisra Persia dan sekitar serta sejumlah kota besar hingga saya melihat dgn kedua mata saya.” Para shahabat yg hadir ketika itu berkata: “Wahai Rasulullah doakanlah kepada Allah agar membukakan utk kami dan memberi kami ghanimah rumahrumah mereka dan agar kami hancurkan negeri mereka dgn tangan-tangan kami.” mk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa. “Kemudian saya memukul lagi kedua kali dan ditampakkan kepada saya kota-kota Kaisar Romawi dan sekitar hingga saya melihat dgn kedua mata saya.” Para shahabat berkata: “Wahai Rasulullah berdoalah kepada Allah agar membukakan utk kami dan memberi kami ghanimah rumah-rumah mereka dan agar kami hancurkan negeri mereka dgn tangan-tangan kami.” mk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa. “Kemudian pada pukulan ketiga ditampakkan kepada saya negeri Ethiopia dan desa-desa sekitar hingga saya melihat dgn kedua mata saya.” Lalu beliau berkata ketika itu: “Biarkanlah Ethiopia selama mereka membiarkan kalian dan tinggalkanlah Turki selama mereka meninggalkan kalian.”
Sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terjadilah apa yg diberitakan oleh beliau. Kedua negara adikuasa masa itu berhasil ditaklukkan kaum muslimin dgn izin Allah.
Ketika kaum musyrikin sampai di kota Madinah mereka terkejut melihat pertahanan yg dibuat kaum muslimin. Belum pernah hal ini terjadi pada bangsa Arab. Akhir mereka membuat perkemahan mengepung kaum muslimin. Tidak terjadi pertempuran berarti di antara mereka kecuali lemparan panah dan batu. Namun sejumlah ahli berkuda musyrikin Quraisy di antara ‘Amr bin ‘Abdi Wadd ‘Ikrimah dan lain berusaha mencari jarak lompat yg lbh sempit. Beberapa orang berhasil menyeberangi parit. Merekapun menantang para pahlawan muslimin utk perang tanding.
‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu menyambut tantangan tersebut. ‘Ali berkata: “Wahai ‘Amr kau pernah menjanjikan kepada Allah bahwa tdk seorangpun lelaki Quraisy yg menawarkan pilihan kepadamu salah satu dari dua hal melainkan kau terima hal itu darinya.”
Kata ‘Amr: “Betul.”
Kata ‘Ali: “Maka sungguh saya mengajakmu kepada Allah dan Rasul-Nya serta kepada Islam.”
‘Amr menukas: “Aku tdk membutuhkan hal itu.”
Kata ‘Ali pula: “Kalau begitu saya menantangmu agar turun .”
Kata ‘Amr: “Wahai anak saudaraku demi Allah. Aku tdk suka membunuhmu.”
‘Ali menjawab tegas: “Tapi saya demi Allah ingin membunuhmu.”
‘Amr terpancing diapun turun dan membunuh kuda lalu menghadapi ‘Ali.
Mulailah kedua saling serang tikam menikam dgn serunya. Namun pedang ‘Ali bin Abi Thalib berhasil membunuh ‘Amr. Akhir para prajurit berkuda kafir Quraisy lain melarikan diri.
Sumber: www.asysyariah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar